Minggu, 14 Desember 2014

Wahana Pesona Alam Raja Ampat

Kabupaten Raja Ampat adalah salah satu kabupaten yang terkenal di Papua Barat, terutama terkenal dengan wisata alam baharinya. Benar memang kata orang Raja Ampat memiliki alam yang bagus, indah dan asri. Terlebih Raja Ampat adalah salah satu kabupaten yang terdiri banyak pulau. Di Kabupaten Raja Ampat ada 147 Pulau. Salah satunya adalah Pulau Ayau yaitu pulau dimana saya ditempatkan sebagai guru SM3T. Di Ayau memiliki keindahan alam yang luar biasa bagus. Pantai dan telaga di sini sangat indah. Belum pulau pulau yang lain yang ada di sekitar Ayau. Suatu hari saya pernah diajak oleh siswa untuk pergi jalan jalan. Saya pergi jalan jalan ke pulau urbabon atau orang pendatang sering menyebutnya pulau dua. Pesonanya sangat indah sekali. Terlebih ketika air surut, orang disini menyebut air surut dengan istilah "metti". Ketika air surut hamparan pasir sampai kelaut jauh sekali. Pesona yang sangat indah yang saya dapat selama di Ayau. Raja Ampat memiliki banyak pesona alam yang menarik. Banyaknya pulau menjadi kabupaten ini dijuluki kabupaten bahari nan indah. Pulau dua itu terdiri dari tiga pulau. Disana ada tiga pulau kecil tetapi entah mengapa dijuluki pulau dua padahal pulaunya ada tiga. Saya hampir seharian di pulau dua dengan menikmati alam yang indah. Alam yang asri, saya makan menggunakan ikan hasil tangkapan anak anak dengan cara "molo". Lalu ikan tersebut dibakar dan kita makan bersama serasa menyatu dengan alam keadaan seperti ini. Keasrian Ayau menjadi keindahan tersendiri bagi saya. Setelah itu saya mandi dan menikmati indahnya di air laut di pulau dua sambil menunggu sore untuk kemudian pulang. Itu hanya sepenggal cerita saya di sini. Selain itu masih banyak pantai yang lain dan pulau yang lain juga yang tentunya tidak kalah indahnya. Pantai Qui misalnya, pantai ini terletak di Pulau Ayau. Pantainya sangat indah dan bagus. Biasanya saya dan teman SM3T selalu ke pantai ini untuk sekedar mencari "Bia". "Bia" ini adalah semacam binatang laut yang ada kerangnya. Rasanya enak sekali dan saya sangat suka dengan makanan ini begitu juga dengan teman saya. "Bia" adalah jenis sea food. Saya sangat sering makan bia jika kehabisan bekal makanan dan kehabisan ikan, maka alternatifnya adalah mencari "bia". Selain pantai Qui di Pulau Ayau ada pantai yankomondai. Pantai ini letaknya hanya berdekatan dengan pantai Qui yaitu disebaliknya pantai Qui. Pantai Yankomondai juga memiliki pemandangan yang indah dengan karangnya yang ada. Dan selain itu masih banyak pantai lain yang indah indah disini. Saya dan teman teman sering menghabiskan waktu sore hari hanya dengan menikmati sanset.

Perbedaan Adat Istiadat

Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman budaya. Salah satu daerah penempatan yang saya tinggal juga memiliki keberagaman daerah yang berbeda dengan yang lainnya. Daerah kampung Dorhekar Distrik Pulau Ayau memiliki adat istiadat yang unik menurut saya. Disini ada adat "Seruling Tambur" yaitu adat yang digunakan untuk merayakan suatu kegiatan, dan biasanya dilakukan di malam hari secara berkelompok seperti acara peresmian gedung, acara ulang tahun, acara pernikahan, acara kematian, dan acara lainnya. Adat orang Ayau sangat baik dan open terhadap pendatang. Di sini mayoritas orangnya beragama Kristen, tatapi toleransi antar umat beragama sangat baik. Mereka sangat menghargai orang muslim (karena saya adalah beragama Islam). Setiap kita bertemu entah orang tua atau anak anak selalu menyapa (selamat pagi, siang, sore, dan malam). Dimanapun kita ketemu pasti selalu menyapa. Pendatang sangat dihargai di sini, terlebih guru sebagai tenaga pendidik ini sangat dihargai sekali. Suatu saat saya pergi ke acara pernikahan di masyarakat. Adat pernikahan disini menurut saya juga sangat unik. Orang yang menikah dan acara resepsi disini harus mengeluarkan banyak uang. Bagaimana tidak acaranya sangat meriah. Dan mereka yang menikah sebelumnya sudah berkumpul lama dan bahkan sudah memiliki anak. Aneh memang tapi itu adalah adat jadi harus kita hargai. Mereka yang sudah memiliki anak baru mengumpulkan modal (uang) untuk melangsungkan pernikahan. Baru setelah modal ada mereka melangsungkan pernikahan. Jadi jangan heran jika mereka yang menikah sudah memiliki anak besar besar. Acara pernikahan masyarakat di sini dilakukan di Greja dan pengantin jalan dengan diiringi tabuhan suara tambur serta banyak orang yang ikut mengiring. Setelah acara pernikahan di Greja selesai kedua mempelai pengantin kembali pulang diiring banyak orang yang disertai tambur. Setelah sampai rumah dilanjut dengan acara resepsi pernikahan di malam hari. Acara malam hari dihadiri oleh para undangan yang sudah diundang. Acara pertama sambutan dari pembawa acara terus selanjutnya acara saling menyuapi antara kedua mempelai. Saling menyuapi roti dan minum kedua pasangan dan kedua orang tua dari pihak perempuan dan laki-laki. Setelah acara tersebut selanjutnya adalah acara makan malam. Mereka sangat menghargai tamu terutama yang beragama muslim. Jadi untuk acara makan pun mereka pisahkan antara yang muslim dan non muslim. Acara makan berjalan cukup lama karena banyak sekali orang yang datang dan semuanya dipersilakan untuk makan. Setelah acara makan berakhir barulah dilanjut dengan acara selanjutnya yaitu sesuai adat masyarakat Ayau "Puji-pujian". Puji pujian disini mereka melakukan kegiatan rohani agam kristen sambil dipersilakan minum teh dan cemilan roti sampai tengah malam bahkan sampai pagi. Setelah acara puji-pujian selesai baru dilanjutkan dengan acara music atau nyanyian. Acara music disini adalah acara music tradisional dengan gitar kecil tradisional alakadarnya. Mereka bersama sama main gitar sambil bernyanyi music tradisional bahkan dengan goyang dan semuanya berdiri sambil bergoyang (berjoged) menikmati music sampai pagi jam 6 baru lah selesai. Setelah itu baru lah pada pukul 8 pagi dimulai acara selanjutnya sampai siang. Ini adalah wujud adat istiadat pernikahan di kampung Dorhekar, Distrik Pulau Ayau.
Adat yang lain berkaitan dengan pendidikan adalah siswa di sini sangat menghargai guru dan mereka juga takut pada guru. Siswa di sini sering membawakan bapak ibu gurunya ikan. Karena disini ikan masih banyak jadi mereka mencari ikan lalu bapak ibu guru dikasih. Karena di sini ikan sebagai lauk utama. Sayuran dan yang lainnya tidak ada, pasar juga tidak ada jadi kita sangat terbatas masalah makanan. Harapannya kita adalah ikan. Dan cara mencari ikannya pun beragam ada yang dengan memancing dan menjaring ikan. Dan ada juga yang dengan menggunakan cara "Molo Ikan" yaitu menyelam sambil membawa tombak untuk menusuk ikan di dasar laut. Disini serba unik dan menarik, aneh tapi asyik. Ini semua adalah bagian dari keberagaman kekayaan budaya Indonesia. Benar memang Indonesia adalah negara besar yang kaya akan budaya dan pesona alam. Saya bisa menemuinya disini (Pulau Ayau). SM3T Angkatan IV LPTK UNY Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia.

Perbedaan Adat Istiadat

Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman budaya. Salah satu daerah penempatan yang saya tinggal juga memiliki keberagaman daerah yang berbeda dengan yang lainnya. Daerah kampung Dorhekar Distrik Pulau Ayau memiliki adat istiadat yang unik menurut saya. Disini ada adat "Seruling Tambur" yaitu adat yang digunakan untuk merayakan suatu kegiatan, dan biasanya dilakukan di malam hari secara berkelompok seperti acara peresmian gedung, acara ulang tahun, acara pernikahan, acara kematian, dan acara lainnya. Adat orang Ayau sangat baik dan open terhadap pendatang. Di sini mayoritas orangnya beragama Kristen, tatapi toleransi antar umat beragama sangat baik. Mereka sangat menghargai orang muslim (karena saya adalah beragama Islam). Setiap kita bertemu entah orang tua atau anak anak selalu menyapa (selamat pagi, siang, sore, dan malam). Dimanapun kita ketemu pasti selalu menyapa. Pendatang sangat dihargai di sini, terlebih guru sebagai tenaga pendidik ini sangat dihargai sekali. Suatu saat saya pergi ke acara pernikahan di masyarakat. Adat pernikahan disini menurut saya juga sangat unik. Orang yang menikah dan acara resepsi disini harus mengeluarkan banyak uang. Bagaimana tidak acaranya sangat meriah. Dan mereka yang menikah sebelumnya sudah berkumpul lama dan bahkan sudah memiliki anak. Aneh memang tapi itu adalah adat jadi harus kita hargai. Mereka yang sudah memiliki anak baru mengumpulkan modal (uang) untuk melangsungkan pernikahan. Baru setelah modal ada mereka melangsungkan pernikahan. Jadi jangan heran jika mereka yang menikah sudah memiliki anak besar besar. Acara pernikahan masyarakat di sini dilakukan di Greja dan pengantin jalan dengan diiringi tabuhan suara tambur serta banyak orang yang ikut mengiring. Setelah acara pernikahan di Greja selesai kedua mempelai pengantin kembali pulang diiring banyak orang yang disertai tambur. Setelah sampai rumah dilanjut dengan acara resepsi pernikahan di malam hari. Acara malam hari dihadiri oleh para undangan yang sudah diundang. Acara pertama sambutan dari pembawa acara terus selanjutnya acara saling menyuapi antara kedua mempelai. Saling menyuapi roti dan minum kedua pasangan dan kedua orang tua dari pihak perempuan dan laki-laki. Setelah acara tersebut selanjutnya adalah acara makan malam. Mereka sangat menghargai tamu terutama yang beragama muslim. Jadi untuk acara makan pun mereka pisahkan antara yang muslim dan non muslim. Acara makan berjalan cukup lama karena banyak sekali orang yang datang dan semuanya dipersilakan untuk makan. Setelah acara makan berakhir barulah dilanjut dengan acara selanjutnya yaitu sesuai adat masyarakat Ayau "Puji-pujian". Puji pujian disini mereka melakukan kegiatan rohani agam kristen sambil dipersilakan minum teh dan cemilan roti sampai tengah malam bahkan sampai pagi. Setelah acara puji-pujian selesai baru dilanjutkan dengan acara music atau nyanyian. Acara music disini adalah acara music tradisional dengan gitar kecil tradisional alakadarnya. Mereka bersama sama main gitar sambil bernyanyi music tradisional bahkan dengan goyang dan semuanya berdiri sambil bergoyang (berjoged) menikmati music sampai pagi jam 6 baru lah selesai. Setelah itu baru lah pada pukul 8 pagi dimulai acara selanjutnya sampai siang. Ini adalah wujud adat istiadat pernikahan di kampung Dorhekar, Distrik Pulau Ayau.
Adat yang lain berkaitan dengan pendidikan adalah siswa di sini sangat menghargai guru dan mereka juga takut pada guru. Siswa di sini sering membawakan bapak ibu gurunya ikan. Karena disini ikan masih banyak jadi mereka mencari ikan lalu bapak ibu guru dikasih. Karena di sini ikan sebagai lauk utama. Sayuran dan yang lainnya tidak ada, pasar juga tidak ada jadi kita sangat terbatas masalah makanan. Harapannya kita adalah ikan. Dan cara mencari ikannya pun beragam ada yang dengan memancing dan menjaring ikan. Dan ada juga yang dengan menggunakan cara "Molo Ikan" yaitu menyelam sambil membawa tombak untuk menusuk ikan di dasar laut. Disini serba unik dan menarik, aneh tapi asyik. Ini semua adalah bagian dari keberagaman kekayaan budaya Indonesia. Benar memang Indonesia adalah negara besar yang kaya akan budaya dan pesona alam. Saya bisa menemuinya disini (Pulau Ayau). SM3T Angkatan IV LPTK UNY Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia.

Suara Guru SM3T Angkatan IV

Sm3T banyak memberikan hal baru bagi saya. Dengan mengikuti program SM3T saya lebih bisa jadi manusia yang mandiri dan mementingkan kebersamaan. Dan saya juga jadi banyak tau tentang hal lain. Saya menyadari bahwa perbedaan dan kesenjangan di Republik Indonesia memang ada. Dan masih banyak perbedaan perbedaan yang lain sebagai warna bhinekka tunggal ika bangsa Indonesia. Tetapi yang paling utama saya harus banyak bersyukur karena masih banyak saudara saudara kita yang masih jauh dari penghidupan yang saya jalani selama ini. Tapi ini adalah warna beda dari keberagaman republik ini. Saya begitu menikmati apa yang ada sekarang di daerah yang berbeda dan jauh dari pusat pemerintahaan. SM3T juga banyak mengajari saya pentingnya hidup beemasyarakat selain itu di SM3T saya bisa menemukan keceriaan dan kebahagiaan di tempat yang jauh dari keluarga, saudara dan teman teman. Tapi di tempat yang sunyi ini saya masih bisa menikmati hidup yang tenang dan nyaman tanpa kebisingan dan tanpa polusi suara. Tetapi terkadang rasa sedih, kangen dan tangis menghampiri ketika teringat keluarga di tanah jawa sana. Tapi saya sadari bahwa saya tidak perlu sedih nikmati saja apa yang bisa kita nikmati di sini. Karena ini adalah karunia Alloh SWT yang di berikan kepada saya. Bahagia, tawa, tangis dan senang karena gembira sudah saya rasakan. Sebagai guru SM3T ini semua adalah konsekuensi dari tugas negara yang diamanatkan kepada kita untuk mencerdaskan anak bangsa dan menjadi pendidik yang berdedikasi tinggi mengabdi pada negara. Pengabdian ini benar benar penuh makna dan penuh tantangan. Bagaimana tidak kita mengemban tugas yang sangat berat dan penting yaitu harus mampu mencerdaskan anak bangsa yang berada di daerah tiga "T" (terdepan, terluar dan tertinggal). Bagi saya pengabdian sebagai guru adalah bagian dari usaha kita untuk ikut membantu bangsa agar bisa mencerdaskan anak negeri. Ini merupakan sumbangan kita kepada negara untuk ikut andil membangun negara dengan bidang yang saya kuasai. Ini yang bisa saya berikan kepada negara, saya rela meninggalkan keluarga, saudara, dan teman teman demi mengemban tugas dari negara. Sudah selayaknya kita bertanya pada diri kita sendiri "Apa yang sudah saya berikan pada negara, bukan apa yang sudah negara berikan kepada saya". Ini adalah salah satu suara guru SM3T Angkatan IV di tempat yang jauh di tanah Papua (Kampung Dorekhar, Distrik Ayau, Kab. Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, INDONESIA).
Salam Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia. SM3T Angkatan IV LPTK UNY.

Sabtu, 13 Desember 2014

Warna beda di Pulau Ayau, Indonesia

Ayau adalah salah satu Pulau bagian dari Kabupaten Raja Ampat. Kabupaten Raja Ampat adalah kepulauan bahari, yaitu kabupaten yang terdiri dari bnyak pulau. Salah satu pulaunya adalah Pulau Ayau yaitu tempat di mana saya selaku guru SM3T ditempatkan. Bagi saya SM3T adalah tugas yang sangat mulia dari negara untuk mengabdi di daerah yang sangat jauh. Tapi ini adalah tugas dan suatu penghargaan bagi saya untuk bisa masuk menjadi bagian dari guru SM3T. Kita yang selalu dimanja dengan kemudahan kemudian harus hidup dalam sebuah keterbatasan. Bagaimana tidak saya hidup disini dengan segala kesederhanaan. Tanpa listrik, tanpa sosial media, tanpa keramaian, tanpa keluarga, tanpa saudara, tanpa pasar, tanpa motor, tanpa transportasi, tanpa kemegahan, tanpa kemudahan, dan masih banyak lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Tapi inilah SM3T. Karena kita benar benar berada di tempat yang terdepan yaitu terdepan dalam jarak. Seperti kita ketahui bahwa indonesia adalah negara yang sangat luas, bahkan di Indonesia terdiri dari 17.000 pulau baik yang dihuni ataupun pulau yang tidak berpenghuni. SM3T "T" yang kedua adalah terluar, saya benar benar ditempatkan di suatu pulau yang terluar. Bagaimana tidak terluar pulau yang saya tempati adalah pulau perbatasan. Pulau Ayau adalah perbatasan langsung dengan Republik Palau dan Philihina. Bagian distrik paling utara dari Kabupaten Raja Ampat. Daerah ini adalah masuk dalam definisi daerah kepulauan terluar dari bagian dari Indonesia. Suatu kebanggaan bagi saya ditempatkan di daerah terluar Indonesia. Dan selanjutnya adalah "T" yang terakhir dari sebutan SM3T. "T" ini adalah tertinggal. Daerah Pulau Ayau masuk dalam kategori daerah tertinggal. Bagaimana tidak tertinggal daerah ini tanpa listrik, daerah ini juga sama sekali tidak ada alat transportasi bahkan untuk keamanan daerah ini tidak ada Pos Polisi atau Polsek dan Koramil. Tidak ada pasar apalagi swalayan sama sekali tidak ada. Yang ada hanyalah suatu kesederhanaan kemana-mana hanya jalan kaki dan naik prahu. Inilah makna tertinggal bagi saya. Dan siswa di tempat saya mengajar juga sangat berbeda dengan daerah Jawa tempat asal saya. Disini sangat jauh sekali tertinggal. Ini adalah wujud ketidaksetaraan pendidikan di Indonesia.
Ini adalah cerita saya dalam keadaan yang seadanya dan keterbatasan.

Lebaran Idul Adha di Kampung Dorekhar, Distrik Ayau

05 Oktober 2014 adalah hari Raya Idul Adha. Dan saya masih di tempat tugas di Dorekhar Distrik Ayau. Suasananya sungguh berbeda dengan di Jawa. Bagimana tidak Dorekhar adalah daerah yang mayoritas penduduknya beragama non muslim (Kristen). Tetapi walaupun penduduknya mayoritas beragama non muslim toleransi beragama di sini sangat bagus dan baik. Masyarakat menghormati keberagaman perbedaan agama. Sehingga saya dan teman teman tetap bebas menunaikan ibadah sesuai agama masing masing.
Lebaran haji tahun ini saya rasakan berbeda dengan tahun tahun yang lalu. Karena saya menunaikan hari raya idul adha jauh dari keluarga di jawa sedangkan saya di Papua. Walaupun jauh di Papua tetapi saya tetap bisa melaksanakan sholat idul adha dengan segala keterbatasan yang ada. Bagimana tidak kami melaksanakan sholat idul adha hanya ber.10. Kami melaksanakan sholat idul adha 10 orang saya di tugaskan menjadi billal dan khatib sholat idul adha. Pengalaman baru dan suasana baru yang tidak mungkin bisa saya lupakan. Dengan keadaan seperti ini kita lebih bisa memahami nikmat Alloh SWT yang sesungguhnya. Karena dengan keadaan seperti ini kita harus melaksanakan sholat idul adha dengan penuh keterbatasan. Tanpa ada binatang kurban. Tetapi alhamdulillah masih ada nikmat Alloh yang di berikan kepada saya yang tiada duanya. Kesehatan, kenikmatan, kecukupan, keberkahan, riski dan rejeki, serta nikmat yang begitu besar layak kita syukuri. Di tempat ini saya masih bisa menjalankan sunah dan kewajiban saya sebagai seorang muslim. Puji syukur yang sangat besar saya aturkan pada Alloh SWT. Ini adalah bagian pengalaman yang tidak bisa saya lupakan sampai kapanpun. Pulau Ayau sangat membantu saya membukakan syukur yang begitu besar kepada Sang Pencipta. Ini adalah bagian dari cerita hidup saya dan kehidupan yang sangat alami.

SM3T Angkatan IV di Pulau Ayau

10 September 2014 adalah awal saya menginjakan kaki pertama kali di tanah Pulau Ayau di Dorekhar, setelah melalui perjalanan satu malam dari Sorong menggunakan kapal. Di Ayau tidak ada dermaga jadi saya harus berganti dari kapal besar ke prahu kecil (bodi). Di Pulau Ayau Dorekhar udaranya sangat panas. Saya harus beradaptasi dengan udara panas, dengan lingkungan baru, dengan budaya baru dan dengan keadaan yang serba terbatas. Di Dorekhar masih belum ada aliran listrik dan sinyal hp masih sangat sulit. Ini adalah keadaan yang serba terbalik ketika saya berada di Jawa. Saya harus belajar banyak dengan ikut sm3t. Di Dorekhar sinyal internet juga belum ada. Jadi saya tidak pernah update media sosial karena keadaan yang serba terbatas. Saya tidur tanpa listrik itu yang hampir tidak pernah alami di jawa. Dan saya tidak pula menonton televisi. Benar benar keadaan yang harus saya hadapi dengan penuh perjuangan.
Dari sisi lain kenyataan yang ada di Pulau Ayau, Dorekhar masih ada banyak hal yang buat saya kagum. Di sini keindahan alam masih sangat bagus, alami dan asri. Belum ada tangan tangan jail yang merusak alam Dorekhar. Pantai dan teluk serta keadaan alamnya semua bagus bahkan pantai semuanya adalah pasir putih. Indah, bagus dan alami adalah wujud alam dari Pulau Ayau, Dorekhar. Disini tidak ada motor apalagi mobil. Satu satunya transportasi yang ada hanyalah prahu kecil (bodhi). Mayoritas orang Dorekhar berkerja sebagai nelayan jadi hampir setiap hari saya makan dengan menggunakan ikan laut. Hampir setiap hari sabtu anak anak membawakan ikan untuk bapak ibu guru yang tinggal di komplek sekolah. Saya selama di sini tinggal di perumahan sekolah yang terletak di kompleks sekolah. Saya mengajar di SMA N 9 Raja Ampat yang letaknya berdekatan dengan SMP N 8 Raja Ampat. Jadi kami tinggal di kompleks sekolah dengan guru guru yang lain. Dorekhar memang sangat luar biasa banyak hal yang bisa saya dapat selama berada di sini.

Jumat, 12 Desember 2014

Pemberangkatan SM3T Raja Ampat

Minggu, 31 Agustus 2014 adalah hari yang cukup menyedihkan bagi saya. Karena saya harus meninggalkan Jawa untuk berangkat ke tempat tugas Raja Ampat di Papua, sebagai pejuang bangsa. Pagi sekitar jam 10.00 WIB saya diantar Ibu, kakak dan Budhe saya ke Yogyakarta untuk selanjutnya berangkat ke Papua. Rasa sedih, senang, dan berat mengiringi keberangkatan saya ke Papua. Sampai di UNY sekitar pukul 15.00 WIB. Saya langsung bergabung dengan teman teman untuk mengikuti breafing sebelum berangkat. Dan sekitar jam 16.00 WIB kami SM3T Raja Ampat dari UNY Berangkat naik bis ke bandara Adi Sucipto Yogyakarta. Saya berpamitan dengan Ibu. Saya kepengin nangis karena akan pergi selama 1 tahun mengabdi pada negara di Papua. Tapi Ibu menguatkan saya dan saya akhirnya pergi berpamitan untuk berangkat. Kami berangkat jam 19.00 Wib dari Yogjakarta sampai Makasar jam 22.00 WITA. Kami mengunggu di Bandara Sultan Hassanudin Makasar sampai jam 02.00 WITA Untuk meneruskan perjalanan sampai Sorong. Dan jam 05.30 WIT akhirnya kami sampai Sorong. Kami langsung di jemput untuk melanjutkan perjalanan ke Waisay ibu kota kabupaten Raja Ampat menggunakan kapal cepat. Dan selang 2 jam dari Sorong kami akhirnya sampai di Raja Ampat. Sesampainya kami di Raja Ampat kami langsung bertemu dengan SM3T yang berasal dari UNJ, UNESA yang sudah terlebih dahulu datang. Kami berkumpul dan akhirnya dibagi lokasi penempatan masing-masing. Dan saya dapat penempatan di SMA N 9 Raja Ampat di Dorekhar, Distrik Ayau. Dan kami menunggu dijemput kepala sekolah untuk bareng ke tempat tugas. Saya menunggu 3 hari akhirnya saya dijemput untuk ke Sorong di rumah kepala sekolah. Dan kami bertiga (Hari, Deti, Juni) berangkat ke Sorong di rumah kepala sekolah. Kami hampir satu minggu di Sorong untuk menunggu kapal berangkat ke Dorekhar, Distrik Ayau. Setelah 1 minggu berangkatlah kami bertiga Ke Ayau menggunakan kapal.